Wednesday, November 02, 2016

Rasa Deringan Bahaya

Lalu dia berhenti sejenak dan bertanya, tentu setelah pause beberapa kali di otaknya yang tidak terlihat, seiring irama nafas yang konstan, hanya kali ini konstan pendeknya.

"What if....and what if,"

"Sudah bukan lagi periodenya dipertanyakan. Semua permata dunia yang ada terlalu berharga untuk dipertaruhkan."

Bukan, bukan itu masalahnya. "It's a different chapter, baby."

The what if; adalah sebuah hiburan jenaka dalam paragraf-paragraf panjang tanpa titik dan koma. The what if; adalah lelucon pagi yang diberikan sebagai ice breaking. The what if; adalah siraman yang memperpanjang hidup pada bunga anggrek bulan yang bersanding di atas meja marmer di rumahku.

Segala sesuatu beresiko, sangat beresiko! Bukan terhadap pihak ketiga, tapi terhadap pertumbuhan rasa.

Pertama kecil, lalu menggeliat mengusik malam yang biasanya hemat. Semakin lama semakin panjang dan dalam, menancapkan kuku pada pagi-pagi yang terlalu awal mengguyur hari.

Kalau semua sekedar ya sekedar, selesai malam tidak ada sarapan pagi. Selesai sekarang esok tak lanjut lagi, tapi seribu kata yang tidak terucap pernah mengapung di lautan sebelum kapal itu terbakar. Lalu menghilang..bukan untuk hilang. Hanya mati suri.

Kemudian mimpi mengelus lagi malam hari,
lembaran baru dituliskan dengan noda bibir dan feromon kulit.